Tuesday, April 14, 2009

25 years old






Gunung Gede, 13 mei 2006.

Tidak ada teman-teman sependakian ku yang tahu. Kalo hari itu aku berulang tahun, berulang-tahun yang ke seperempat abad. Angka keramat bagi banyak orang. Konon katanya kalo kita berkesempatan masuk surga, disana semua penghuninya abadi diumur 25. mmm.., knapa 25 yah? Konon juga katanya saat umur 25 lah kita akan menentukan jalan hidup kita. Mengambil keputusan penting yang akan membawa kita menjadi orang yang berguna di masyarakat atau menjadi sampah masyarakat. Sampe sekarag pun aku blom tahu aku ada di yang mana? tapi aku ga ambil pusing, selama masih ada hal baik yang bisa ku lakukan aku tak perlu khawatir.

Cibodas, 12 Mei 2006. (H-1)
Perjalanan dimulai dari kaki gunung di Cibodas. Hari sudah petang aku mengingat-ingat sudah berapa kali aku menapaki Gunung Gede ini, sepertinya ini yang ke tujuh. Tak banyak gunung yang pernah aku daki selama karir ku dipencinta alam, itu karena aku mang tidak terlalu minat dengan mountenering. aku lebih suka kegiatan bahari dalam group ku,makanya aku masuk ke divisi 2 dalam pencinta alam SMA ku, divisi utuk bahari. bagi beberapa orang terutama laki2, mendaki gunung sepertinya menjadi ajang pembuktian kejantanan mereka. Sehingga banyak orang yang bergabung dengan pencinta alam hanya untuk menunjukan bahwa mereka adalah cowok2 macho. Terkadang dihati kecilku aku ingin dipandang sebagai pria macho.. tapi sepertinya sulit hehehee. Perawakan kecilku ini jauh dari image tentang pria macho. Tapi memang bukan itu yang aku cari dipencinta alam, yah namanya pencinta alam tentu aku bermaksud ingin bercinta dengan alam. Aku menikmati kehidupan out door. Alam bebas adalah rumahku, lepas pantai adalah halaman depanku, laut dalam adalah kamar tidurku, sungai dan danau adalah serambi rumahku , gunung dan hutan adalah taman mainku.. petualangan adalah nama tengah ku.

Ekspedisi siap dimulai. Beberapa mahasiswa/i periklanan mengambil ancang-ancang menanjaki gunung yang sudah mulai remang menunggu direguk senja. Aku jadi ingat pengalamanku mendaki gunung malam hari. Selama pengalamanku di gunung Gede pendakian malam memang lebih menyenangkan bagi ku.
pendakian pun dimulai. berbondong-bondong belasan anak mulai mengikuti jalan setapak. Berhenti sebentar di pos pemeriksaan, mengurus segala surat perijinan dan berbagai ketebelece. Aku baru tau kalo ada peraturan dilarang membawa pasta gigi, padahal dulu boleh-boleh saja. Terpaksa pasta gigiku tinggal di pos penjagaan. Temanku astor sudah mengantisipasi, ia sudah bawa perbekalan obat kumur yang banyak. Astor sudah tau klo tidak boleh membawa odol dalam pendakian, thanks bgt loh tor. Pendakian berlanjut cek point sudah dilewati, selanjutnya telaga biru. Aku pikir dulu telaga biru itu adalah telaga yang membiru mengagumkan. Ternyata hanya sebuah telaga biasa dengan luas 5 hektar, tak ada yang terlalu istimewa disana. Warna telaga itu cenderung hijau butek dan keruh, agak jauh dari bayanganku. Aku tak pernah lama2 ditelaga biru itu, biasanya hanya numpang lewamt saja.
Jam demi jam pun berlalu, hari semakin gelap dan langit semakin hitam, kita sudah sampai di air terjun yang mengalir air panas dari mata airnya. Menyebrang jalur licin dan sempit ditambah jurang terjal sangatlah berbahaya apalagi kita harus menyebranginya saat gelap. Padahal aku selalu suka tempat air panas ini, tapi kami tidak bisa berlama-lama disini. Kami harus segera mendirikan camp setelah kita melewati air terjun hot spring ini.
Ok, kita telah menentukan tempat yang cocok buat ngecamp malam ini. Tanahnya landai, areanya terbuka cocok buat mendirikan tenda. Angin berhembus kencang membawa serta udara dingin, dingin yang sangat. Udara dingin menjadi musuh utamaku malam itu. Rasa sangat dingin itu merasuk sampe ke bawah kulit dan mengeretak di tulang-tulangku membuat aku terus terjaga. Badanku terfokus untuk melawan rasa dingin ini. Tenda cewek terletak bersebrangan tidak jauh dengan tendaku, sehingga aku dapat melihat aktifitas mereka. Tidak banyak cewe kampusku yang ikut pendakian ini. Niken salah satunya, sedari tadi Niken mondar-mandir di depan tenda mencari sesuatu untuk dibakar bersama masakannya. Tapi bukan itu yang menarik perhatianku, Niken hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong dibalut jaket tipis. Bukan karena keseksian dan molek tubuhnya yang membuatku berdecak kagum kepada Niken. Tapi justru bagaimana Niken bisa tahan dengan dingin yang sangat menyengat ini. Sedang jaket tebal, kaos kaki dan celana berlapis ku masih terasasa belum mempan untuk melawan dingin ini. Darimana Niken mendapat cukup kehangatan untuk melawan dingin yang merasuk? Ingin rasanya mereguk kehangatannya Niken heehheee..

Malam dingin pun berlalu, berganti dengan matahari pagi yang hangat, pendakian pun berlanjut. Secara tidak sengaja perjalanan kami terpisah menjadi dua group. group yang berjalan lebih cepat, berada di depan, dan group terbelakang. Aku termasuk group di depan. Berjalan bersama beberapa teman, Novi salah satu nya, satu diantara lima wanita yang ikut ekspedisi ini. Novi berjalan dengan langkah pasti, tidak ada raut lelah dimukanya, dan tidak ada kata-kata mengeluh keluar dari bibir kecilnya. tidak banyak berbicara, sepertinya ia sedang menikmati alam disekitarnya. Berjalan dengan tas besar yang menjulang hampir melewati kepalanya. Tubuh tinggi-semampainya tetap tegap mengangkut beban tas itu. Sepertinya Novi sudah sering mendaki gunung, dia pasti anak pencinta alam juga tadinya. Aku selalu kagum dengan wanita-wanita yang mampu dan brani naik gunung seperti mereka. Karena ga cuma dibuthkan fisik, tapi lebih dari itu. Wanita tahan banting dan anti pecah kaya ginikan jarang, produksinya limited?! Beda lagi dengan pendaki wanita yang satu lagi, sebut saja Farina. Ia memang paling cantik diantara lainnya. Berjalan di atas gunung bak layanya di atas cat walk. Berlenggang dengan tas backpack kecil di punggungnya. Loh dimanakah barang-barang keperluan Farina lainnya? oh ternyata ada di pria bertenaga kuda namun berhati punjaga yang tidak tega melihat tubuh Farina terbebani tas berat itu. Ia sudah berjanji untuk membawakan tas keperluan Farina selama ekspedisi ini. Salut feh buat kang mas, aku yakin walaupun aku menawarinya untuk berbagi beban tas Farina, ia pasti menolaknya. Sepertinya ada sesuatu yang ingin pria ini pertunjukan. Pria memang butuh senjata buat menaklukan dunia tapi wanita hanya memerlukan senyuman. ckckckckkk..

Pendakian terus berlanjut menuju puncak gunung, melewati kandang batu terus naik ke kandang badak, berarti sudah ¾ dari 2900 meter tinggi gunung Gede telah dilalui. Kita beristirahat sebentar untuk sekedar memulihkan tenaga dan membersihkan diri. Kita hampir sampai, setelah tanjakan terjal maka puncak Gede pun akan menyembulkan keindahannya. Dari balik-balik pepohonan kami muncul dan matahari siang itu pun langsung menyambut kami dengan belaian sinarnya yang lembut menyapa wajah kami, seolah berkata selamat datang di Surya Kencana. Aroma belerang semakin kuat tercium, “kita telah sampai di puncaknya kawan-kawan.” Ejakulasi dari pendakian ini telah kita reguk, sungguh nikmat dan indahnya. Di hamparan hutan bunga abadi ini, kuncup-kuncup edelweis menunjuk ke arah langit biru, siap merekah bila saatnya tiba.

Puncak surya kencana, 13 Mei 2006 (hari H).
Pendakian ke puncak surya kencana menghabiskan waktu skitar 12 jam perjalanan. Dulumya aku memerlukan skitar 8 jam saka, entah aku yang sudah mulai melambat apa memang rombongan ini yang terlalu menikmati perajalanan. Yah sama sajalah yang penting aku bisa menikmati pendakian ini, di ulang tahun perakku. Setelah beberapa kali naik gn Gede, ini adalah pendakian yang paling menyenangkan buat aku. Bukan hanya karena ini pendakian yang besejarah dalam hidupku, tapi aku benar-benar dapat menikmati perjalanan ini secara keseluruhan.
Di atas puncak Gunung Gede, 13 Mei 2006, aku mengadahkan kepalaku ke langit biru nan luas tanpa batas, lalu berdoa. Semoga doaku lebih cepet terdengar oleh tuhan, karena di atas puncak ini aku merasa lebih dekat denganNya. Hanya ada aku-doaku-dan diriMu, diantaranya terhampar luas awan putih yang bergulung. Kawah Gede di puncak surya kencana mengepul asap berbau belerang, membumbung membawa doaku ke telinga Ilahi.
“ya tuhan, berkahilah umurku sehingga disisa hidupku aku bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain, bukannya malah menjadi beban bagi orang lain. berartinya hidupku dinilai dari seberapa berharganya aku untuk orang lain. Karena itulah sebaik-baiknya manusia”
“ya tuhan, jadikanlah aku anak yang membahagiakan dan membanggakan orang tuaku, bukannya yang selalu menyusahkan dan menjadi beban pikiran orang tuaku. Karena surgamu di dunia dan di akhirat berada bersama ridho mereka”
“ya tuhan, ... (tidak usah ditulis lah doa yang ini, intinya doa yang berharap jodoh yang ga kunjung datang hihiiiiiii)”
dan tentu ditutup dengan doa pamungkas, robhana atina, fidyunya hasana... amien!!!


Dihamparan savana adelweis, menerobos sedikit ke bawah terhampar luas daratan. Daratan seluas 50 hektar yang biasa di datangi oleh ratusan pencinta alam dari berbagai pelosok negeri ini saat peringatan 17 Agustus, berkumpul untuk melaksanakan upacara dan pembacaan proklamasi. Hari pun berganti gelap, tak terasa kita sudah menghabiskan seharian menikmati indahnya puncak Gede. Malam dan angin dingin sudah mulai mengisi udara pegunungan. Ditanah lapang ini sudah berdiri puluhan tenda para pendaki. Angin malam mulai menari, di ufuk memanggil dingin untuk datang lagi. Kami pun mulai mencari tempat untuk tenda kami dapat berdiri. Diantara lelah, senang, lapar dan bahagia, drama-drama dan cerita pendakian teringat kembali. Disini, diantara gunung dan hutan seringkali kali manusia memperlihatkan sifat aselinya. Egois, amarah, ketidak pedulian, benci, ingin menang sendiri, pendengki, sombong, dsb muncul tanpa disadari. Demikian juga sebaliknya, maka seringkali di alam bebas kita tahu arti persaudaraan yang sebenarnya, arti sahabat yang sesungguhnya, dan arti pertemanan yang sejati.

Gunung Gede kala itu, tak pernah terlupakan oleh ku. Photo ku di puncak terpampang di dinding kamar ku. mengingatkan ku selalu pada hari itu. Happy 25th birhtday Ijank.
The journey has began, a new days come to replaced the old days, until there's no days again to be replaced.


/jnk/

No comments: