Tuesday, April 14, 2009

PEMBENCI



Aku pernah membenci teman, karena kesalahan yang tidak ia perbuat. Yaitu membenci kesuksesannya, memnbeci melihat begitu mudah dan lancarnya kehidupannya, tanpa aku mau tau bagaimana jerihnya ia mendapatkan semuanya. Aku hanya iri melihat dari hasilnya, dan segala pembicaraanya yang terpaksa aku telan sebagai buah yang getir di dalam dadaku. Iriku berubah menjadi dengki, meskipun ia adalah teman terbaikku. Aku menyalahkan nasibku dan berteriak atas segala kekurangan dan ketidak berhasilan ku, meneriaki segala kesusahan dan kepayahanku.
Di dalam benciku aku ingin berlindung di balik kata iklash tapi yang kudapat hanyanya tambahan bara kebencian. Quantum Iklash menolak bekerja di dalam hatiku, mengalir dalam darahku adalah dengki, dengki ini sudah terlanjur berkobar.
Mengapa sulit sekali menghadapi himpitan hidup yang makin hari semkain bertambah dan banyak tuntutan. Dan aku tanpa sengaja menyakiti hatinya yang begitu baik kepadaku. Aku malu terhadap diriku, bisakah aku mendapatkan diriku yang dulu, begitu lugu tanpa belenggu. Jiwa yang murni tanpa korupsi oleh dengki. Aku hanya berharap dapat banyak belajar dari ini agar mencapai hikmah. kata sukses dalam hidup menjadi penting buatku. Aku mulai mengkaji sedikit tentang kesuksesan, cukup sedikit untuk mengetahui kesuksesan banyak orang di topang oleh tiga hal, yaitu:
1.Ilmu pengetahuan dan keahlian,
2.Kemampuan membangun hubungan antar sesama
3.dan keberuntungan. Yang terakhir ini tentu yang paling tidak dapat diandalkan.

Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang kucintai, telah lama aku memutuskan untuk jatuh cinta terhadapnya. Aku melahap berbagai literatur, membaca berbagai varian buku, dan mencoba menulis beberapa hal, tapi tetap saja selalu teori dan pelaksanaannya di kehidupannya nyata adalah dua hal yang berbeda. Mengasa keahlian sambil mempelajari hal tersebut terkadang terasa sulit, karena ada faktor laen yang mempengaruhi.. banyak dalam halku adalah faktor dari dalam internal diriku yang terkadang sulit aku atasi. Yang merupakan bentuk karakterku yang memang sudah lama mengendap dalam pribadiku.
Aku mencintai begitu banyak bidang dalam ilmu pengetahuan, ini mebuat tidak fokus akan bidang ku dan tak terlatih. Dan terus cenderung mempertanyakan apakah ini yang bener-benar aku mau, padahal pertanyaan itu sudah sedari dulu harusnya aku telah jawab. tapi inilah proses hidupku, aku harus dapat menikmati setiap lekuk hidupku yang kubuat sendiri. Keahlian adalah sesuatu yang dapat dikejar, dan tease pasti berkembang seiirng dalam pengasahan keahlian.

Kekampuan membangun hubungan antar sesama ini sepertinya gampang-gampang susah. Aku selalu mengaggap diriku orang yang supel dan mudah bergaul tapi sungguh hati orang tidak ada yang bisa menebak. Sebagaimanapun kau berusaha keras untuk tidak membuat orang lain tersinggung, pasti ada orang yang tetep memilih untuk membenci mu. Kamu tidak dapat membuat semua orang senang kepadamu, walaupun kamu memaksa untuk itu pada akhirnya tidak ada oarng yang akan senang kepadamu. Di kantor lamaku bekerja aku berusaha mengenal sebanyak-banyaknya orang dan mengingat dan mencatat nama--nama mereka. Ini pertama kalinya aku bekerja di kantor dengan banyak orang dan banyak bagian. Berusaha baik untuk kesemua orang, tapi disaat kamu membuat kesalahan, terjadilah gelompang kebencian layaknya batu yang di lempar ke ketengah-tengah kolam, gelombang airnya merambat menyebar meluas hingga ke pinggir kolam. Tidak ada kata maaf yang dapat menarik kembali gelombang yang telah terhempas itu. Sarkasme dan kebencian beberapa teman mulai mengarah kepadaku, perlakuan yang blom pernah aku terima sebelumnya, bahkan aku tak tahu bagaimana itu bermula. Aku berusaha untuk beradaptasi dengan cara pergaulan ku yang baru ini dan berusaha menerimanya dengan tidak terlalu memperdulikannya. Walau aku menerima perlakuan ini tapi aku masih bisa merasa senang karena aku masih dapat merasakan kehangatan pertemanan mereka walaupun terasa samar. Dan hanya satu kebencian yang aku tidak dapat mengerti, yaitu kebencian seorang Dida. Kebenciannya terasa begitu murni mengarah hanya kepadaku tanpa aku tahu mengapa aku berhak mendapatkan kebencian itu. Tapi sudahlah, aku pikir Dida memang tipe pembenci sejati.. layaknya anjing warldwarller, sebagaimanapun kamu berusaha baik kepadanya ia akan tetap memgigitmu ato paling tidak memberikan tatapan yang tidak mengenakan itu. Ini perjalananku dan ini percobaan ku memang tidak ada jalan mudah dan mulus dalam kehidupan, harus penuh liku dan tanjakan agar banyak pelajaran dan menyiasati setiap tantangan.

Keberuntungan, sepertinya ini yang harus aku buang jauh-jauh dari benakku dan anganku, walaupun dia nyata, dia hanya mengantung tanpa tau kapan dia akan jatuh menimpa. Semoga segera!!!



“Iri mengarahkan kepada benci, benci cuma menglahirkan dengki.. dan tak ada kebaikan sedikitpun di dalam hati yang dengki kecuali kerusakan.”
/jnk/

No comments: