
Crita kisah dimana aku baru lulus SMA, menacari tempat kuliah sampe keluar kota. Walaupun tak seberapa jauh, hanya di Bandung, kota yang terletak 123km ke Tenggara Jakarta. Seni rupa ITB yang kutuju, villa merah tempat singgah sementara, dmana aku dibekali agar bisa diterima di tempat kuliah favorit itu.
Hari"ku memulai bimbel di villa merah terasa biasa" saja, sampai waktu pendaftaran mahasiswa baru telah dibuka. Aku harus balik ke Jakarta untuk melengkapi dokumen pendaftaran ku yang perlu di legalisir oleh pihak sekolah. Sampai di Jakarta hari na'asku pun tiba.
Mobil yang kubawa utk mengurus dokumen sekolah bertabrakan dengan motor. Pemuda pengendara motor ngotot bahwa saya harus mengganti atas kerusakan motornya, walaupun bukan sepenuhnya salah ku. Ya sudahlah, aku mengalah dan memanggil ayahku. mungkin seragam putih abu" yang kugunakan saat itu membuat si pemuda merasa lebih punya kuasa untuk menekanku. untung masih ada ayah.
Malampun tiba, ini malam terakhirku di Jakata karena besok aku sudah harus bertolak kembali ke Bandung. Supaya tidak sia" telah di Jakarta akupun mengajak temen" untuk kumpul" di rumah sahabatku Indra di Pejaten. Diam" aku membawa motor pergi kesana. Lalu pulang sangat malam. Di jalan aku jatuh dari motor dan motorku terpelanting hampir menimpa pemuda" yang sedang nongkrong disana. Dipukulinyalah aku, sebelum di lerai oleh satpam yang kebetulan ada disekitar situ. Luka akibat jatuh dari motor masih terasa perih dibahuku, ditambah dengan beberapa tendangan dari pemuda" itu yang mendarat di kepala dan badanku. Motorku rusak tak bisa menyala, kembali akupun menelpon ayah. Ayah datang melihat keadaanku dan sepeda motor yang tak karuan, ditambah mendengar cerita pak satpam ia pun berubah marah. Menghampiriku dan memukul ku hingga kaca mataku terpelanting. Lengkaplah sudah hariku.
24 jam paling sial dalam hidupku. Aku benci, marah, sedih, bahkan aku menangis di kamar mandi... tapi tangisku tak seberapa di banding tangisan ayahku di dalam hatinya, karena ia harus memukul ku, walau ku tahu iapun tak mau. Demi memberikan pendidikan ke anak laki"nya, anak laki"nya yang dianggap sudah dewasa tapi hanyalah anak bodoh dan tak punya tanggung jawab, manja dan ceroboh. Melalui banyak waktu dan kebencian di hatiku, sampai akupun tahu. Aku belajar ayah... terimakasih untuk pukulan itu.
/jnk/






